Mari kita diskusikan agar
ada kesepahaman di antara kita tentang PAKAN ALTERNATIF. Tentu saja harus kita
mulai dari pemahaman tentang SNI pakan non ruminansia. Tulisan ini saya tujukan
kepada teman-teman peternak yang mau membuat pakan alternatif supaya punya
patokan. Hal ini mengingat semakin terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap
dolar USA sehingga pakan konvensional dari pabrikan semakin mahal
Maka dari itu, mari kita
sama-sama pahami apa yang dimaksud PAKAN ALTERNATIF. Bukan asal harganya murah
disebut pakan alternatif (di kutip dari pak mukti abadi bahwa)
Definisi
Pakan alternatif adalah pakan yang dibuat dari bahan baku pakan asal lokal baik sebagian dan/atau seluruhnya, tetapi bisa memenuhi STANDAR SPESIFIKASI pakan sesuai jenis dan fase hidup ternaknya dengan catatan harganya bisa lebih murah tapi performan-nya bisa setara dibanding pakan konvensional (buatan pabrikan).
Pakan alternatif adalah pakan yang dibuat dari bahan baku pakan asal lokal baik sebagian dan/atau seluruhnya, tetapi bisa memenuhi STANDAR SPESIFIKASI pakan sesuai jenis dan fase hidup ternaknya dengan catatan harganya bisa lebih murah tapi performan-nya bisa setara dibanding pakan konvensional (buatan pabrikan).
Tujuan
1. Kemandirian terhadap sumber bahan baku pakan sebagain dan/atau keseluruhan;
2. Harga pakan komplitnya diharapkan bisa lebih murah 5 – 20% dibanding pakan konvensional (buatan pabrikan);
3. Bisa membuat pakan spesifik untuk tujuan tertentu, misal pakan organik bebas antibiotika, warna kulit lebih coklat atau pucat atau lebih biru, warna ovum bisa lebih orange, ukuran telur menjadi lebih kecil atau lebih besar, memproduksi telur organik, low cholesterol, bebas kuman dan lain-lain tujuan.
1. Kemandirian terhadap sumber bahan baku pakan sebagain dan/atau keseluruhan;
2. Harga pakan komplitnya diharapkan bisa lebih murah 5 – 20% dibanding pakan konvensional (buatan pabrikan);
3. Bisa membuat pakan spesifik untuk tujuan tertentu, misal pakan organik bebas antibiotika, warna kulit lebih coklat atau pucat atau lebih biru, warna ovum bisa lebih orange, ukuran telur menjadi lebih kecil atau lebih besar, memproduksi telur organik, low cholesterol, bebas kuman dan lain-lain tujuan.
Bagaimana mendapatkan dan atau membuatnya?
1. Lakukan survey sejauh radius maksimum 15 km dari lokasi farm, apakah ada bahan baku lokal yang masih layak pakai dengan jumlah yang cukup dan kontinyu. Bila sumber bahan baku pakan lokal jaraknya terlalu jauh, >15 km, ongkos transportnya relatif mahal, tidak jadi murah;
2. Sumber bahan baku lokal bisa dari limbah industri, pertanian, perkebunan, peternakan, rumah makan, hotel dan lain-lain, tentu saja harganya harus lebih murah atau sangat murah;
3. Bisa juga diperoleh melalui pembiakan tanaman dan hewan tertentu (Azolla, cacing Lumbricus rubelus dan lain-lain) dimana dinilai gizinya sangat baik dan cepat perkembang-biakannya serta relatif mudah pengelolaannya;
4. Bahan baku pakan asal lokal, bisa saja keberadaannya musiman, tetapi dengan proses tertentu bisa disimpan relatif lama, >3 bulan;
5. Semua bahan baku pakan lokal, mesti diketahui dulu kadar gizinya :
5.1. kadar air;
5.2. protein kasar;
5.3. lemak kasar;
5.4. serat kasar;
5.5. kadar abu; dan
5.6. makro mineralnya (kalsium dan fosfor.
Bila tidak didukung “data base” yang lengkap, maka hasil akhir formula pakan menjadi bias;
6. Usahakan mencari referensi tentang kadar gizi dan isi detail bahan baku lokal (asam amino, asam lemak, vitamin dan mikro mineral).
1. Lakukan survey sejauh radius maksimum 15 km dari lokasi farm, apakah ada bahan baku lokal yang masih layak pakai dengan jumlah yang cukup dan kontinyu. Bila sumber bahan baku pakan lokal jaraknya terlalu jauh, >15 km, ongkos transportnya relatif mahal, tidak jadi murah;
2. Sumber bahan baku lokal bisa dari limbah industri, pertanian, perkebunan, peternakan, rumah makan, hotel dan lain-lain, tentu saja harganya harus lebih murah atau sangat murah;
3. Bisa juga diperoleh melalui pembiakan tanaman dan hewan tertentu (Azolla, cacing Lumbricus rubelus dan lain-lain) dimana dinilai gizinya sangat baik dan cepat perkembang-biakannya serta relatif mudah pengelolaannya;
4. Bahan baku pakan asal lokal, bisa saja keberadaannya musiman, tetapi dengan proses tertentu bisa disimpan relatif lama, >3 bulan;
5. Semua bahan baku pakan lokal, mesti diketahui dulu kadar gizinya :
5.1. kadar air;
5.2. protein kasar;
5.3. lemak kasar;
5.4. serat kasar;
5.5. kadar abu; dan
5.6. makro mineralnya (kalsium dan fosfor.
Bila tidak didukung “data base” yang lengkap, maka hasil akhir formula pakan menjadi bias;
6. Usahakan mencari referensi tentang kadar gizi dan isi detail bahan baku lokal (asam amino, asam lemak, vitamin dan mikro mineral).
7. Bahan baku pakan lokal,
tentu saja perlu diproses dulu :
> Yang basah atau kadar airnya tinggi, >15%, perlu dikeringkan (ampas tahu, onggok singkong, limbah pabrik udang, limbah rumah makan/hotel, limbah pasar) sampai kadar airnya menjadi 10 – 15% supaya bila diformulasi pakan komplitnya berkadar air tidak lebih dari 14%, yaitu batas maksimum kadar air pakan komplit sesuai SNI;
> Yang berbentuk bijian (biji nangka, biji durian, biji rambutan dll), dikeringkan, kemudian digiling dulu menjadi ukuran lebih kecil atau tepung, mash 5 – 20 agar bisa merata saat dicampur. Seyogyanya ikut difermentasi dulu supaya zat-zat anti nutrisinya terurai;
> Yang berkualitas rendah dan berserat kasar tinggi, >10% (dedak, ampas kelapa, ampas tahu, ampas singkong dll), mesti difermentasi dulu agar kualitasnya meningkat dengan sarat kasar turun menjadi maksimum 10%. Untuk fermentasi ini, perlu probiotika yang kerjanya lignolitik dan selulolitik, supaya kadar serat kasarnya turun dan kadar proteinnya meningkat secara signifikan (nyata);
8. Bila semua bahan lokal sudah siap pakai, formulasikan bahan baku pakan lokal dengan bahan baku pakan nasional dan/atau internasional dengan mengacu kepada Standar Spesifikasi Pakan sesuai dengan jenis dan fase hidup ternaknya;
> Yang basah atau kadar airnya tinggi, >15%, perlu dikeringkan (ampas tahu, onggok singkong, limbah pabrik udang, limbah rumah makan/hotel, limbah pasar) sampai kadar airnya menjadi 10 – 15% supaya bila diformulasi pakan komplitnya berkadar air tidak lebih dari 14%, yaitu batas maksimum kadar air pakan komplit sesuai SNI;
> Yang berbentuk bijian (biji nangka, biji durian, biji rambutan dll), dikeringkan, kemudian digiling dulu menjadi ukuran lebih kecil atau tepung, mash 5 – 20 agar bisa merata saat dicampur. Seyogyanya ikut difermentasi dulu supaya zat-zat anti nutrisinya terurai;
> Yang berkualitas rendah dan berserat kasar tinggi, >10% (dedak, ampas kelapa, ampas tahu, ampas singkong dll), mesti difermentasi dulu agar kualitasnya meningkat dengan sarat kasar turun menjadi maksimum 10%. Untuk fermentasi ini, perlu probiotika yang kerjanya lignolitik dan selulolitik, supaya kadar serat kasarnya turun dan kadar proteinnya meningkat secara signifikan (nyata);
8. Bila semua bahan lokal sudah siap pakai, formulasikan bahan baku pakan lokal dengan bahan baku pakan nasional dan/atau internasional dengan mengacu kepada Standar Spesifikasi Pakan sesuai dengan jenis dan fase hidup ternaknya;
CATATAN
1. Repot? So, pasti. Tapi bila tujuan penggunaan pakan alternatif bisa tercapai, yaitu mandiri dan dengan harga jauh lebih murah sehingga lebih menguntungkan bagi peternak, kenapa tidak. Pepatah bahasa Jawa mengatakan, “Jer basuki mawa bea, dan repot” (mau sukses mesti berupaya);
2. Saya berharap dan berdoa agar tidak ada pihak-pihak yang dengan mudah mengatakan bahwa pakannya pakan alternatif tapi kualitasnya jauh atau bahkan terlalu jauh dari SNI. Efeknya bisa dipastikan malah merugikan pembelinya;
3. Bagi teman-teman peternak, jangan mudah tergiur dengan pakan yang diklaim sebagai pakan alternatif hanya karena harganya murah. Tanyakan kepada produsen atau yang menjual, apakah pakannya sudah memenuhi SNI pakan ternak atau Standar Spesifikasi. Suruh tunjukkan sertifikat hasil uji Analisa Proksimat-nya. Jangan-jangan produsennya sendiri tidak kenal sama SNI pakan ternak dan jangan-jangan tidak tahu apa itu uji analisa proksimat;
4. Niat saya meng-up load artikel ini semata-mata bertujuan memberikan pencerahan kepada teman-teman sesama peternak terutama yang skala kecil agar tidak salah beli yang berakibat rugi. Tidak untuk membuktikan apa pun dan kepada siapa pun.
1. Repot? So, pasti. Tapi bila tujuan penggunaan pakan alternatif bisa tercapai, yaitu mandiri dan dengan harga jauh lebih murah sehingga lebih menguntungkan bagi peternak, kenapa tidak. Pepatah bahasa Jawa mengatakan, “Jer basuki mawa bea, dan repot” (mau sukses mesti berupaya);
2. Saya berharap dan berdoa agar tidak ada pihak-pihak yang dengan mudah mengatakan bahwa pakannya pakan alternatif tapi kualitasnya jauh atau bahkan terlalu jauh dari SNI. Efeknya bisa dipastikan malah merugikan pembelinya;
3. Bagi teman-teman peternak, jangan mudah tergiur dengan pakan yang diklaim sebagai pakan alternatif hanya karena harganya murah. Tanyakan kepada produsen atau yang menjual, apakah pakannya sudah memenuhi SNI pakan ternak atau Standar Spesifikasi. Suruh tunjukkan sertifikat hasil uji Analisa Proksimat-nya. Jangan-jangan produsennya sendiri tidak kenal sama SNI pakan ternak dan jangan-jangan tidak tahu apa itu uji analisa proksimat;
4. Niat saya meng-up load artikel ini semata-mata bertujuan memberikan pencerahan kepada teman-teman sesama peternak terutama yang skala kecil agar tidak salah beli yang berakibat rugi. Tidak untuk membuktikan apa pun dan kepada siapa pun.
Salam
Rodja Farm Jambi
Fb : https://www.facebook.com/rodja.farm
Pusat Bibit Unggas Berkualitas & Peralatan Peternakan
0852.6614.2450
0831.2180.0060
0 Comments
Post a Comment